
(Nurman Farieka Berada di Rumah Produksi Hirka yang Sederhana/Doc. Pribadi)
Awal tahun 2014. Nurman Farieka Ramdhany (24) benar-benar gusar dan gundah gulana. Nurman bimbang apakah harus lanjut atau putus kuliah. Ia merasa dunia kampus sudah tak sanggup lagi memenuhi dahaganya yang masih sangat haus akan pengalaman. Bangku kuliah hanya memberinya diktat-diktat kaku nan beku yang tersimpan rapi di peti es pengetahuan selama ratusan tahun. Padahal yang Nurman cari tak hanya melulu dinginnya ilmu pengetahuan, melainkan lebih dari itu adalah hangatnya pengalaman dan pencaharian. Experience.
Lantaran itu, Nurman berkeyakinan hati dan memutuskan untuk berhenti. Ia hanya sanggup bertahan sampai semester II di jurusan akuntansi sebuah kampus terkemuka di Bandung. Ia tak mau lagi membohongi nurani dan minatnya selama ini. Ia ingin segera melanglang buana mencurahkan minatnya yang tak tertahan untuk segera terjun di dunia bisnis industri kreatif. Tapi, keputusan ini tentu tak mudah. Kedua orang tua Nurman menentang keras keputusan sepihak itu. Bagi ayah dan ibunda Nurman, segala hal memiliki waktu dan tempatnya. Dan Nurman saat itu mustinya khusyuk kuliah sebagai garansi menjemput masa depan yang lebih cerah.
Tapi keputusan Nurman sudah tak bisa diganggu-gugat lagi. Baginya keputusan berhenti kuliah merupakan pilihan terbaik. Sebab kuliah hanya salah satu jalan, bukan satu-satunya jalan, untuk menggapai mimpi-mimpi gemilang seseorang di masa yang akan datang. Tapi tentu, alternatif pemikiran sedemikian berlawanan tajam dengan alam pikir orang tua yang menganggap bahwa di zaman serba tak menentu ini, memiliki selembar ijazah sarjana merupakan sebuah kewajiban yang niscaya. Jika tidak, siap-siap saja diacuhkan gelombang dunia kerja yang menganggap ijazah sebagai pengukur potensi, kompetensi dan kapasitas seseorang yang paling utama.
Maka sejak itu, terjadilah βperang dinginβ antara orang tua dan anak laki-laki sulung yang sedang memperjuangkan idealisme hidupnya. Satu persatu fasilitas yang awalnya diperoleh Nurman secara rutin dan mudah mulai diputus sedikit demi sedikit. Sampai pada titik Nurman harus menerima kenyataan pahit bahwa orangtuanya sudah menghentikan semua pembiayaan untuk Nurman, termasuk uang jajan. Sejak saat itu, Nurman mulai menjual apa saja yang dimilikinya selama ini. Dari mulai laptop, telpon genggam, jam tangan, hingga pada akhirnya tak bersisa sama sekali.
Ketika semua βasetβ-nya habis, Nurman mulai mengibarkan bendera putih tanda menyerah. Penyerahan itu ditandai dengan keberanian Nurman meminjam modal sebanyak 2 juta pada orang tua untuk merintis sebuah usaha. Usaha yang masih abstrak tentunya. Tapi alih-alih memberi pinjaman modal, orang tua Nurman justru berkomentar sinikal. βUsaha hanya dengan modal uang 2 juta sehari juga akan langsung habis. Karena ilmu (wirausaha)mu belum sampai dan belum siap untuk menghadapi ituβ, ujar Ibundanya saat itu.
Komentar dari Ibundanya tentu merupakan lonceng keras, bahwa sejak Nurman memutuskan berhenti kuliah, seharusnya ia sudah sanggup mandiri dalam segala hal. Termasuk mandiri jika ingin mulai merintis wirausaha. Maka sejak itu, ia tanamkan dalam diri bahwa mulai detik itu juga ia pantang meminta-minta apalagi memakai fasilitas orang tua. Ia akan memulai semuanya dari nol dan secara mandiri. Ia sangat yakin bahwa gigihnya sebuah usaha niscaya takkan mengkhianati hasil. Dari titik inilah semua hikayat ini berkisah.
Kuliah ke βUniversitas Cibaduyutβ
Cibaduyut yang merupakan bengkel pusat kreativitas manusia Priangan menjadi pilihan Nurman untuk singgah dan menempa diri. Di Cibaduyut-lah Nurman memulai episode baru dalam hidupnya. Ia mulai belajar lagi menata hidup yang sempat terburai hingga berada di titik nadir. Nurman ingin membuktikan pada orang tua bahwa pilihan hidupnya bukanlah dosa dan sungguh bisa dipertanggung-jawabkan secara nyata.
Bagi Nurman, Cibaduyut tak semata-mata berupa jejeran etalase toko sepatu, tas, dan segala aksesori lainnya, melainkan lebih dari itu. Cibaduyut baginya adalah βUniversitas Kehidupanβ yang sejati meski tanpa papan nama dan tak terdaftar di Kemenristekdikti. Karena di samping mulai belajar berniaga secara mandiri, di Cibaduyut Nurman juga banyak sekali mempelajari tentang makna sejati hidup dan kehidupan yang sebenarnya.

(Kreativitas Tanpa Henti/Doc. Pribadi)
Di Cibaduyut, Nurman menumpang di kawan baik semasa SMA bernama Rizky Ramadhan. Rizky merupakan vendor tas yang jam terbangnya sudah lumayan tinggi. Dari Rizky-lah Nurman belajar banyak sekali hal. Dari mulai merintis branding, membuat produk, menciptakan pasar konsumen, merangkai inovasi, melahirkan relasi, dan lain sebagainya. Mungkin karena kesungguhan tempaan Rizky itulah, jika Nurman ditanya siapa orang yang sangat mempengaruhi warna wirausahanya, Nurman tanpa ragu akan menjawab: Rizky Ramadhan.
Bersama Rizky, Nurman membidani lahirnya brand Bee LeaderΒ yang bergerak di bidang industri kreatif aksesoris kulit sapi seperti dompet, gelang, gantungan kunci, kalung, dan merchandise lainnya. Setelah Bee Leader, Nurman juga melahirkan brand Cavalo Original yang hanya fokus pada tas dan aksesoris dari kulit kerbau. Janin brand terakhir yang Nurman dirikan bersama Rizky adalah Cavalo Shoes, brand ini bergerak khusus di bidang fashion dan sepatu kanvas untuk perempuan.
Awalnya, Nurman sempat merasakan buah manis dari semua rintisan usahanya dengan Rizky. Saat itu, ia bisa mengantongi laba bersih dari janin Bee Leader dan Cavalo Original hingga tiga kali lipat dari modal perbulannya. Nurman pun banyak membeli (kembali) barang-barang kesayangannya yang dulu sempat ia jual. Tapi sayang buah manis itu tak bisa dinikmati lama. Sebab dunia bisnis memang kadang sukar diterka. Seiring bermunculannya brand-brand baru yang menawarkan produk serupa dengan harga yang sangat kompetitif, perlahan janin-janin wirausaha yang Nurman bidani bersama Rizky tumbang satu persatu.
Bahkan khusus lini produk Cavalo Shoes yang berupa sepatu kanvas perempuan, lantaran tak ada yang laku satupun, Nurman jual dengan harga yang sangat murah meriah ke relasi Ibundanya yang kebetulan bekerja di sebuah bank pelat merah. Dari sini Nurman sadar, bahwa mayoritas konsumen perempuan bukan mengejar kualitas tetapi memilih banyaknya varian dengan harga yang sangat terjangkau.
Kendati seluruh rintisan usahanya tumbang, Nurman tetap bersyukur. Setidaknya Cibaduyut telah mengajarkan fondasi awal bagaimana cara berniaga dengan baik dan profesional: mulai dari mencipta produk andalan, memetakan pasar, berkompetisi dengan rival secara sehat, hingga kemungkinan-kemungkinan tak terduga lainnya. Lebih dari itu, Cibaduyut juga mengajarkan pada Nurman bahwa usaha menggapai mimpi gemilang tak semudah membalik telapak tangan. Hal demikian merupakan usaha tanpa henti yang tak mengenal kata final.
Melahirkan Janin Hirka
Petualangan Nurman di Cibaduyut bertahan dari 2014 awal sampai 2015 akhir. Nyaris dua tahun ia belajar di βuniversitasβ yang sesungguhnya. Universitas yang tak hanya menjejalkanΒ ilmu pengetahuan mentah semata dari teks-teks buku yang sudah mati rasa, tapi langsung mempraktikkan segala hal yang diketahui secara seketika. Nurman yakin, semua orang bisa memiliki gagasan. Tapi sejarah bumi manusia iniΒ hanya akan mencatat orang-orang yang berani mengeksekusi gagasan.
Dari bekal berharga itulah, Nurman memberanikan diri pulang ke rumah. Selain untuk rehat dan melakukan βrekonsiliasiβ dengan orang tua, diam-diam Nurman juga sedang mempersiapkan janin baru yang akan ia inisiasi secara mandiri. Berhari-hari ia berpikir keras kira-kira apa yang akan ia gagas dan menjadi produk andalannya. Sampai suatu ketika, tanpa disengaja, Nurman menemukan seutas buku lusuh milik ayahandanya. Kotak pandora pun mulai terbuka.
Buku itu berisi berbagai eksperimen ayahnya tentang penyamakan berbagai kulit hewan. Dari mulai kulit sapi, kerbau, ikan pari, hingga katak. Ayahnya, Fatah Faturahman (54) memang merupakan seniman serba bisa. Spesifikasinya ada pada seni menyamak kulit. Dari sekian banyak eksperimen samak, ada satu yang sangat menarik perhatian Nurman: penyamakan kulit kaki (ceker) ayam. Sayangnya eksperimen itu tak berlanjut dan mangkrak hanya menjadi sebatas eksperimen. Seketika itu juga Nurman menemukan momen βAha, ini yang saya cari!β. Ia serasa menemukan berlian di tumpukan barang bekas yang sudah terpendam 17 tahun lamanya dan akan segera dikilokan.
Nurman pun bergerak cepat. Ia berkonsultasi dan meneruskan eksperimen bersama ayahnya sebelum mengeksekusi ide tersebut. Nurman ingin menerapkan kulit ceker ayam itu pada sepatu hingga menjadi prototipe yang khas. Menurutnya, ide gila ini belum pernah ada yang menggagas baik di Bandung, di Indonesia, bahkan di dunia. Sebab selama ini ceker ayam (apalagi kulitnya), hanya dipandang sebagai limbah yang tak bernilai βterutama bagi gerai-gerai makanan cepat saji.

(Infografi/Doc. Pribadi)
Sebagai langkah awal, ia membuat brand baru bernama Hirka. Sesuai pengakuannya, Hirka berasal dari bahasa Turki yang bermakna βdicintaiβ. Harapannya, Nurman ingin semua lini produk Hirka dapat dicintai masyarakat dari semua segmen dan lapisan. Nurman memang menyukai segala hal-ihwal tentang Turki: dari mulai sejarahnya, semangat anak mudanya, siklus keagamaan, dan roda pemerintahannya. Ia yakin, kejayaan dunia kelak akan lahir kembali dari tanah bekas kesultanan Ottoman ini.
Setelah brand terbuat, langkah selanjutnya adalah membuat tim kerja, memetakan pasar dan membuat produk. Ia mengajak keempat kawannya yang memiliki visi dan misi seirama. Mereka adalah Achmad Jaenudin (kepala produksi), Aman (penyamakan kulit kaki ayam), Dedi Haryono dan Rachman (finishing produksi sepatu). Sedangkan Nurman sendiri berposisi sebagai founder dan brand owner Hirka.
Sejak awal, iklim budaya perusahaan yang Nurman bangun adalah budaya kekeluargaan. Yakni bagaimana bisa belajar dan mengayomi sesama tim dan bermanfaat bagi sebanyak mungkin orang. Ia tak mau menjadikan lini usahanya melulu mengejar profit tanpa ada keterkaitan emosional antar sesama tim. Ia juga membebaskan timnya untuk berkreasi sebebas mungkin. Prinsipnya tumbuh bersama berkembang bersama.
Setelah tim terbuat, maka produksi pun dimulai. Β Nurman pergi ke pasar, membeli ceker ayam broiler sebanyak 50 kg dari pengepul. Ia biasa membeli lebih mahal daripada harga lazimnya. Jika harga ceker ayam perkilo Rp. 15 ribu maka ia akan membayarnya Rp. 30.000. Ia yakin, dengan semakin banyak memberi, jalan ke depan bagi Hirka justru semakin lapang dan terang benderang.
Sesampai di rumah yang sekaligus berfungsi sebagai rumah produksi, ceker tersebut dikuliti dan daging serta tulangnya ia bagikan secara cuma-cuma ke masyarakat sekitar βterutama penjual seblak. Kemudian setelah proses pengulitan selesai, kulit-kulit ceker tersebut masuk ke tahap penyamakan selama 10 hari. Terakhir, setelah proses samak selesai, masuk ke proses penjahitan dan menentukan pola pada sepatu hingga pada akhirnya menjadi sepatu menawan nan elegan bermerek Hirka.
Tapi tentu ini semua bisa terealisasi setelah melewati proses yang begitu panjang dan melelahkan. Sepanjang tahun 2016 Nurman dan tim masih berjibaku dalam eksperimen untuk menentukan prototipe kulit ceker ayam yang khas dan pas untuk dilekatkan pada sepatu andalan. Biaya untuk risetnyapun tak main-main. Ia tak ingin brand-nya kali ini kembali tumbang dengan usia yang sangat prematur. Oleh sebab itu, ia persiapkan kelahiran janin keempatnya secara sungguh-sungguh dan teliti. Baru pada awal tahun 2017-lah Nurman berani go public dengan prototipe terbaru andalannya yang bernama Hirka.
Buah Manis dan Sepercik Asa
(Proses Produksi Sepatu Ceker Ayam/ Sumber: Hirka Official)
Nurman biasa menjual perpasang sepatu Β Hirka dengan harga Rp. 600.000 hingga Rp. 6 juta Β βtergantung tingkat kualitas, detail pola, dan kesulitan pembuatan. Awalnya, Nurman hanya memproduksi sepatu berdasar pesanan yang masuk ke Hirka. Tapi sejak pertengahan 2017, Hirka sudah sanggup memproduksi 40 pasang sepatu perbulan dengan jangkauan konsumen yang stabil. Kendati hanya 40 pasang, omzet yang diraup bisa mencapai 40-60 juta perbulan. Konsumennya 50 persen berasal dari segmen pengusaha, 5 persen kolektor, 15 pejabat pemerintah, dan 30 persen dari kalangan eksekutif muda.
Seiring berjalannya waktu, produk Hirka kian menggaung ke delapan penjuru mata angin. Selain karena kualitas produk, hal ini juga karena Nurman rajin mengikutkan produk-produk Hirka ke pameran dalam maupun luar negeri yang digagas pemerintah maupun swasta. Di dalam negeri Hirka sudah membuka stand pameran di Bandung, Jakarta, Riau dan kota-kota besar lainnya. Sedangkan di luar negeri Hirka sudah melanglang buana hingga ke Hongkong dan Belgia. Konsumennya juga sudah menembus warga internasional, dari Brazil hingga Amerika Serikat.
Berkat ketekunannya ini, Nurman diganjar banyak sekali apresiasi penghargaan baik berskala lokal, regional, hingga nasional. Mulai dari juara 2 Lomba Desain Craft Little Bandung Creative Market (2018), juara 2 UMKM terbaik Pesona Lokal Indonesia Adira (2018), 100 besar The Big Start Blibli.com season 3 (2018), 20 besar The Big Start Blibli.com season 4 (2019), Satu Indonesia Award di bidang kewirausahaan (2019), juara 2 Wirausaha Muda Pemula Berprestasi Jawa barat (2019).
Dari semua penghargaan itu, yang paling membekas di memori kognitifnya tentu saja Satu Indonesia Award 2019. Ia sama sekali tak membayangkan bisa mengalahkan 8.500 proposal peserta yang masuk ke panitia dan dikurasi juri-juri hebat dari kalangan cendekiawan seperti Prof. Emil Salim dan pesohor seperti Dian Sastro Wardoyo. Bahkan ia menangis haru ketika Dian Sastro mengendorse produk Hirka ke akun instagram pribadi pemain film legendaris Ada Apa Dengan Cinta (AADC) tersebut. Tak hanya itu, Dian juga membeli sepasang sepatu Hirka untuk suaminya.

(Nurman di Depan Rumahnya yang Asri/Doc. Pribadi)
Tapi alih-alih membusungkan dada, Nurman justru ingin membagi pengalaman berharganya bisa sampai ke titik ini ke sebanyak mungkin orang. Terbukti, secara berkala ratusan mahasiswa dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Padjadjaran (Unpad), Universitas Telkom Bandung, dan universitas-universitas lain seantero Jawa Barat berkunjung ke home base Hirka untuk menggali pengetahuan serta pengalaman dalam inovasi beriwirausaha. Secara tak langsung, Nurman menjadikan Hirka tak melulu hanya sebagai lini home industri kreatif belaka, tapi lebih dari itu sebagai laboratorium pengetahuan bagi siapa saja yang ingin menekuni dunia wirausaha berbasis riset dan inovasi. Diam-diam Nurman sedang giat menggalakan kampanye #IndonesiaBicaraBaik.
Tak cukup membagi pengetahuan, Nurman juga memberdayakan tak kurang dari 300 UMKM yang tersebar di seantero Jawa Barat dalam perahu komunitas bernama Benua Niaga Jawa Barat. Nurman yang berposisi sebagai Wakil Ketua mengajarkan mereka tentang bagaimana mengurusi hal-ihwal tentang legalitas usaha, dunia marketing dan branding, hingga link pembinaan serta pemodalan dari pemerintah. βSaya di Benua Niaga full khidmat. Tanpa ada feedback apapun terutama dari finansial yang saya terima. Rasanya senang sekali ketika kita bisa bantu mereka. Mereka apresiatif saja saya sudah senang sekali. Mayoritas membina janda-janda. Karena mereka ada anak yang harus dihidupi dan hanya bergantung pada usaha ituβ, ujarnya (26/10).
Ke depan Nurman ingin menjadikan kecamatan Regol Kota Bandung, tempat dimana ia lahir dan bertumbuh kembang, sebagai sentra industri kreatif pengolahan sepatu dari limbah kulit ceker ayam. Ia ingin sepatu kulit ceker ayam besutan Hirka bisa menjadi trademark Bandung, bahkan Indonesia, yang sanggup menembus jantung pasar dunia. Sebab, ujar Nurman yakin, pada dasarnya #KitaSATUIndonesia.
Nurman Farieka Ramdhany, anak bengal yang lebih memilih DO kuliah itu, diam-diam sedang membangun peradaban niaga dengan ceker ayam.

(Beberapa Sampel Produk Sepatu Hirka/Doc. Pribadi)
Spread hope, like fire. Semangaaaaat terus sahabat!
Wah, saksi sejarahnya muncul di sini. ^_^
Terimakasih Mas Rizky sudah menjadi bagian dari sepenggal kisah ini.
Kapan-kapan saya juga ingin kuliah ke Cibaduyut mengikuti jejak Mas Nurman. ^_^
Teruslah menginspirasi Mas.
Mas nurman terbaiiiikkk.
Idealis sejati.
Persiset kreatif.
Maju terus mas.
Nurman fariekha Rhamdani, sosok yang inspiratif dan peluang gagasan-gagasan anak muda yang haus akan pemikiran kreatif. Terkadang memang, apa yang saya rasakan di bangku kuliah berbeda dengan kenyataan hidup yang dihadapi sekarang ini. Kita mesti lebih kreatif dan penuh dengan guncangan dan gagasan dahsyat untuk meraih kesuksesan. Jika kita hanya mengandalkan ijazah, no way akan berkembang, mentok di harapan kepada pemerintah atau kalaupun tidak pada perusahaan-perusahaan yang belum tentu menerima kita sebagai pegawainya. Nahhh peebanyaklah membaca kisah-kisah inspiratif seperti Nurman ini. Terus berjuang anak muda, tirulah seperti Nurman ini yang penuh gagasan dan berani keluar dari “Zona Nyaman”.
Terimakasih Nurman atas pengalamannya.
Terimakasih mas Anwar atas penulisan sejarahnya, teruslah berkarya dengan kisah-kisah inspiratifnya !!!
Wah, ini testimoni langsung dari mahasiswa teladan yang kini sedang menempuh jenjang pascasarjana. Saya bersaksi, Dudung adalah mahasiswa yang tak pernah lelah untuk terus bergelut dengan pencaharian dan pengalaman baru.
Terimakasih Dudung untuk testimoninya. Pada akhirnya, sukses merupakan abstraksi yang sulit didefinisikan hanya dengan satu dua pencapaian. Sebab sukses adalah ikhtiar tanpa akhir untuk senantiasa mengupgrade kapasitas diri. ^_^
Periset apa persiset Didi?
Didi juga terbaik kok. ^_^
Apa yg telah dimulai oleh mas Nurman harusnya bisa menjadi contoh bagi pemuda pemuda lain di seluruh Indonesia. Mantap mas.
Nurman sudah mulai.
Lalu kapan giliran Nasrul? ^_^
Sungguh sangat menginspiratif bagi kita, terutama dunia anak muda seperti mahasiswa. Dunia kampus harusnya membekali mahasiswanya selain pengetahuan juga dunia wirausaha kreatif. Sehingga dimasyarakat bukan hanya sebagai ilmuwan tetapi sebagai pengusaha yang bisa membantu mayarakat yang kursng mampu…..terima kasih kg khoerul anwar atas tulisannya…
Terimakasih kembali Pak Kepsek.
Terimakasih sudah sudi mampir di lapak sederhana ini.
Setuju. Pendidikan yang menekankan pada kepiawaian vokasional dan life skill memang sudah mustinya digalakan.
masyaaAllah….. mantap jiwa~ ππ
Terimakasih Delia.
Memotivasi dan kreatif bagi mahasiswa perlu inovasinya Semoga saya bisa seperti beliau aamiin
Saya kira Mas Solek bisa seperti Mas Nurman.
Bahkan melampauinya.
Pertanyaannya: mau atau tidak? ^_^
Setuju dgn mas Nurman, usaha keras tdk akn mengkhianati hasil. Lanjuuut mas. π
Bahasa santrinya:
Man Jadda Wajada…
^_^
Nurman farieka is creative and innovative young people..good jobπππ
Ngomong apa sih Mi?
Abdi gak paham. ^_^
Mas Nurman nampaknya patut dijadikan contoh bagi kaum muda untuk berani serta bertanggung jawab atas setiap pilihan hidupnya, memilih untuk berhenti kuliah dan memutuskan untuk berwirausaha tentu bukanlah pilihan yang mudah, terlebih orang tua yang sempat menentang atas keputusan anak sulungnya tersebut, karena tentu orang tua mana yang tidak menginginkan anaknya memiliki jenjang pendidikan yang tinggi, namun mas Nurman dapat membuktikan jika pilihannya itu bukanlah pilihan yang “sembrono”, itu terbukti dengan lahirnya terobosan baru pada dunia sepatu, karena siapa sangka jika ternyata kulit ceker ayam dapat dijadikan sebuah karya yang luar biasa, pokoknya satu kata untuk mas Nurman: Keren .
Terima kasih mas Anwar atas tulisannya, semoga dapat menginspirasi siapapun yang membacanya.
Segala pilihan jika memang bisa dipertanggungjawabkan dengan baik saya kira tak jadi masalah dan semua akan baik-baik saja. Mas Nurman sudah sanggup membuktikan hal itu.
Terimakasih Aisar atas apresiasinya. ^_^
Saya melihat kegigihan seorang pemuda yang konsistennya perlu kita adopsi .
Dan terimkasih kepada penulis yang menyajikan sebuah pemahan yang mendasar untuk setiap pemuda dengan peduli terhadap tokoh2 inspiratif seperti mas nurman .
Sama-sama Ganar.
Etos semangat Ganar yang senantiasa giat belajar saya kira juga patut diteladani bagi anak-anak muda saat ini. ^_^
Sangat inspiratif dengan karya yang kreatif..berani keluar dari zona nyaman, dimana seusianya hanya bergulat dengan dunia perkuliahan, semangat mas Nurman bisa memotivasi kita sebagai generasi muda untuk berkarya, walaupun proses dan jalanya tidak mudah dibayangkan tp percayalah, buah kerja keras tersebut akan kita dapat, salut mas Nurman semangat untuk menciptakan karyaa yang lebih kereeeeennn..
Untuk penulis terimkasih juga atas tulisanya sudah mengisnpirasi banyak orang.. Salut!
Terimakasih Syifa.
Syifa juga, sebagai duta TK Indonesia, bagi saya sangat inspiratif.
Karena guru sejati bukanlah mereka yang mengajar anak-anak dewasa. Guru sejati adalah mereka yang bersiteguh mengajar alif ba ta pada anak-anak usia belia.
Mantap.
sangat edukatif sekali. semoga bisa dijadikan refleksi kita bersama, agar bisa melahirkan nurman nurman yang baru.
sangat menginspirasi,untuk kita sebagai bangsa yg sedang dihadapkan oleh carut marutnya ekonomi bangsa,bekal pendidikan saja tidak cukup tanpa dibarengi dengan kemauan kegigihan dan keinginan utk merubah hidup kita utk lebih baik dgn berinovasi..nurman adalah salah satu contohnya..bravo nak
Setuju Bunda. ^_^
Terimakasih Nano Suratno. ^_^
“Kuliah hanya salah satu jalan, bukan satu-satunya jalan, untuk menggapai mimpi-mimpi gemilang seseorang di masa yang akan datang.”
Di atas salah satu kalimat yang menembus batas jalan pikiran kita, sebagai anak muda, apalagi bagi pemuda-pemuda yang memang tak bisa kuliah karena biaya. Kita diketuk, disadarkan bahwa sukses bukan milik mereka yang punya lembaran kertas ijazah saja, tapi lebih dari itu. Ijazah yang sebenarnya adalah ilmu dan pengalaman yang kita cari sendiri dari mana pun.
Nurman menginspirasi kita; kerja keras, ulet, dan gagasan yang ada di pikiran kita mesti dipraktikan. Terimakasih Nurman, hari ini aku dan mungkin semua orang kembali terketuk untuk semangat menggapai impian. Terimakasih juga untuk penulis sudah menjembatani kami membaca kisah ini.
Sebuah kehormatan besar disinggahi penyair yang sedang bertumbuh kembang. ^_^
Betul sekali Tasori. Sukses adalah hak manusia segala bangsa. Tanpa memandang latar belakang suku, golongan, agama, strata sosial, maupun jenjang pendidikan. Sebab sukses pada dasanya hanya akan berpihak pada mereka yang betul-betul menganut mazhab kegigihan menerobos batas-batas ketidakberdayaan.
Saya mengambil kata2 Alm. Bob Sadino :
Saya sudah menggoblokkan diri sendiri terlebih dahulu sebelum menggoblokkan orang lain.
Banyak orang bilang saya gila, hingga akhirnya mereka dapat melihat kesuksesan saya karena hasil kegilaan saya.
Orang pintar kebanyakan ide dan akhirnnya tidak ada satu pun yang jadi kenyataan. Orang goblok cuma punya satu ide dan itu jadi kenyataan.
Orang goblok sulit dapat kerja akhirnya buka usaha sendiri. Saat bisnisnya berkembang, orang goblok mempekerjakan orang pintar.
Orang pintar mikir ribuan mil, jadi terasa berat. Saya nggak pernah mikir karena cuma melangkah saja. Ngapain mikir, kan cuma selangkah.
Orang goblok itu nggak banyak mikir, yang penting terus melangkah. Orang pintar kebanyakan mikir, akibatnya tidak pernah melangkah.
Orang pintar maunya cepat berhasil, padahal semua orang tahu itu impossible! Orang goblok cuma punya satu harapan, yaitu hari ini bisa makan.
Orang pintar belajar keras untuk melamar pekerjaan. Orang goblok itu berjuang keras untuk sukses bisa bisa bayar pelamar kerja.
Saya bisnis cari rugi, sehingga jika rugi saya tetap semangat dan jika untung maka bertambahlah syukur saya.
Sekolah terbaik adalah sekolah jalanan, yaitu sekolah yang memberikan kebebasan kepada muridnya supaya kreatif.
Setiap bertemu dengan orang baru, saya selalu mengosongkan gelas saya terlebih dahulu .. .
Nurman, sudah sukses karena beliau banyak belajar dari pengalaman yang Ia hadapi. Jiwanya semakin kuat, karena banyak gerigi-gerigi tajam yang menghancurkan kakinya, akan tetapi dalam keterpurukannya Ia bangkit lagi, terus berjalan sampai Ia meraih kesuksesannya. Ini cambuk bagi generasi muda, yang masi senang dengan gemerlapnya kekayaan orang tua dan fasilitas dari Orant Tua.
Om Bob Sadino memang merupakan Imam Besar mazhab pemikiran out of the box. Terutama dalam bidang wirausaha. Keberaniannya menerabas batas-batas logika khalayak patut diacungi jempol. Dan ini dibuktikan dengan keberhasilannya dalam merintis berbagai macam lini wirusaha yang sangat legendaris itu.
Terimakasih Riyanto sudah bersedia mampir. Tulisan ini sebenarnya tidak sedang menyindir (apalagi mencambuk) siapapun. Tapi jika memang merasa ada yang tersengat, dan akhirnya memilih untuk bangkit dan mengepalkan tangan, tentu saya sangat bersyukur. ^_^
Keren!!! Mental begini yg dibutuhkan bangsa ini. Sangat inspiratif, mungkin jika tak ada blog ini saya takkan pernah tahu siapa Nurman dan Hirkanya. Semoga bisa menular kepada generasi lainnya…. Tetap semangattt. Belajarlah pada kehidupan, laboratorium sesungguhnya. Belajar hingga akhir hayat…
Terimakasih atas apresiasinya mas Awan.
Kapan-kapan saya juga ingin mampir ke Laboratorium Kehidupan mas Awan di bilangan Kartini. Biar saya bisa mengabadikannya di blog ini. ^_^
andai banyak anak muda memiliki pola pikir seperti mas nurman, saya yakin indonesia akan jadi negeri berdaya.
teruslah jadi lilin yang menyinari mas…
Sangat menginpirasi buat saya khususnya, artikel ini sangat bagus bacaannya untuk anak muda di zaman sekarang. Lanjutkan ka, semoga sukses!!
Terimakasih Laras. ^_^
Teruslah jadi lilin yang menyinari Mas.
Indah sekali kalimat ini. ^_^
Figur inspiratif ditulis secara inspiratif.
Mantep!
Terimakasih Pak Mul.
Pak Mul juga inspiratif. ^_^
every person has their life stories
Kisah inspiratif yg sangat kreatif dan edukatif.
Terimakasih Pak Abdullah. ^_^
Yayaya betul banget Nisa Mahmud. ^_^
Orang kreatif mampu melihat sesuatu tidak berharga mnjadi berharga. Orang tidak kreatif melihat sesuatu berharga menjadi tidak berharga. Salut buat orang-orang kreatif.
Dan di antara orang-orang kreatif itu adalah Wahyu Purnomo. ^_^
Dari Mas Nurman, saya semakin yakin bahwa universitas yang sesungguhnya bukan di bangku kuliahan yang dingin nan beku. Tapi universitas sebenarnya ada di sekitar kita dan kita hanya perlu menggali itu.
Dari Mas Nurman juga saya percaya, bahwa untuk sedikit lebih maju kita hanya perlu mencoba, mencoba, mencoba lagi, dan terus mencoba.
Semoga kita bisa meniru sepercik semangat yang Mas Nurman bawa, hingga kita benar-benar menjadi Manusia Berdikari!
Semangat Mas Nurman!
Be Grads!!!!
Membaca komentar ini saya teringat sepenggal scence dalam film August Rush. August, sang jenius musik itu, pernah bilang: βMusik sebenarnya ada di mana-mana. Yang perlu kita lakukan hanyalah: mendengarkan (dengan seksama)β¦β
Demikian juga dengan ilmu dan pengetahuan. Yang perlu kita lakukan hanya: membuka diriβ¦
Ini keren…
Semoga dapat muncul mas Nurman yang lain untuk generasi yang lebih kreatif dan keren.
Di mata Inggit, Deian tentu lebih keren daripada Mas Nurman. ^_^
Sebagai org yg sama2 bergelut di dunia wirausaha, aku salut dgn kesungguhan mas nurman dlm merintis usaha. Semoga kegigihan dan kesuksesan mas nurman segera nular ke saya.
Wah, ini bos ayam broilernya keluar.
Ditunggu mas Nurman tuh ceker-ceker ayamnya. ^_^
Kreatif dan inovatip benar2 luar biasa Pa Ustadz sangat menggugah. Ditunggu inplemantasinya!
Terimakasih Pak Ali. ^_^
Mas Nurman menjawab tatangan perekonomian bangsa ini, karena lewat tangan kreatif nya dapat memberi contoh bahwa lewat bahan-bahan sederhana bisa disulap menjadi barang yang benilai dan berestetika, sehingga menghasilkan nilai rupiah yang cukup tinggi. Sosok mas Nurman ini seharusnya dapat digalakkan secara meluas agar bangsa ini menjadi bangsa yang mandiri
Waduh, mimpi apa saya semalam bisa dikomentari seorang Letnan TNI AD yang karirnya kini sedang meroket tajam. ^_^
Saya harus belajar banyak dari mas Nurman kreatif dan inovatif cocok untuk menjawab perekonomian di era milenial,
Mas Nurman pemuda kreatif-inovastif yang menaruh rasa kepeduliannya terhadap fenomena sekitar dengan memanfaatkan libah yang ditingkatkan nilainya dan saya rasa hal tersebut sangat mengispirasi bagi pemuda-pemuda lain untuk terus begerak dan terus melakukan inovasi-inovasi kreatif di bidangnya. Belajar dari hal yang sederhana dari hal yang kecil semoga bisa dan mampu membawa manfaat bagi kehidupan karena sebaik baik manusia adalah mereka yang banyak manfaatnya. itu. terimakasih atas inspirasinya mas…
Mantap, haditsnya langsung keluar. ^_^
Terimakasih Pak Agil sudah mengingatkan saya pada hadits yang sangat bertenaga ini.
Negara harus hadir di tengah orang-orang semacam nurman. Tentu untuk memberikan dukungan. Bukan sekedar dukungan, tapi juga dengan segala atributnya, seperti bimbingan, pengarahan, bantuan materi, kemudahan regulasi, dan sebagainya.., maju terus putra-putra bangsa!
Komentar dari PNS muda berbakat ini sungguh menggetarkan sekali.
Negara harus hadir.
Setuju bro!
Agar anak-anak muda potensial seperti Nurman mendapat porsi pengembangan yang layak untuk menghadapi kontestasi industri kreatif yang kian ke sini kian kompetitif.
Sangat menginspirasi, menarikππ»
Terimakasih Gyzha.
Setelah membaca artikel ini saya sadar bahwa kuliah bukanlah jaminan kesusksesan seseorang. Karena kesuksesan akan ditentukan oleh ketekunan dan kesungguhan.
Menurut saya, ini tidak ada hubungannya antara orang kuliah dan orang sukses.
Saya rasa kurang bijak jika menilai lembaga pendidikan sbgai tiket menuju kesuksesan.
Karena secara logika, mereka yg tidak kuliah pun banyak yg gagal. Tidak sukses dan lain hal.
Mereka yg mengejar mimpinya melalui jalur kuliah juga banyak yg sukses.
πππππ
Betul. Tulisan ini tidak sedang mempromosikan anak muda untuk tidak kuliah. Pola pikir oposisi biner, hitam-putih, seperti ini memang harus ditepis jauh-jauh.
Sebab inti poin dari tulisan ini sebenarnya, jalan hidup apapun yang dipilih seseorang, harus bisa dipertanggung jawabkan sebaik mungkin dengan kegigihan tanpa kenal lelah.
Kira-kira begitu. ^_^
Begitulah adanya, Rifqi. ^_^
Cukup menginspirasi.
Semoga “kulit ayam” bisa dimaksimalkan dan dikembangkan kembali.
Menurut saya, jika hanya menjual keunikan, itu ada waktunya. Ditengah persaingan pasar yang sangat terbuka, butuh langkah2 yang lebih visioner agar produk tsb lbh marketable.
Dan saya optimis, produk ini bisa terus berkembang. Apalagi di punggawai oleh anak2 muda yg keren dan inovatif.
Mungkin perlu melakukan kolaborasi untuk edisi khusus dgn brand2 ternama. Atau sedikit nekad untuk membuat aliran model sepatu baru yg baru-baru ini dilakukan oleh bbrapa produsen, seperti penggabungan unsur casual dan resmi atau lain hal.
Jaya terus buat mas Nurman, dan buat Mas Anwar sukses selalu.
πππππ
Langkah tersebut sepertinya memang sedang digalakan oleh Hirka, den Bagus. Yakni kolaborasi dengan beberapa vendor sekaligus terobosan di model casual. Kita tunggu saja gebrakan baru apa yang diam-diam sedang Hirka persiapkan.
Kalau yang komentar sama-sama pegiat industri kreatif, memang keren dan seger bacanya. Komentarnya langsung berupa saran yang menembus jantung market.
Salut. ^_^
Sangat menginspirasi. Setelah baca tulisan ini Seperti disuntik semangat hidup. Terimakasih kak Anwar, sukses terus!!!
Salut banget sama kegigihan Mas Nurman. Keputusan yang dianggap gila oleh orang lain ternyata bisa melahirkan kreativitas tanpa batas.
Muda
Usaha
Berdaya
Berjaya
Mantap!!
Masya Allah.. sangat menginspirasi..