TPS Perumnas Kota Cirebon (Doc. Pribadi)
Tahun 2008. Chaidir Sudrajat (60) resah. Tempat tinggalnya di RW 08 Merbabu Asih, Kelurahan Larangan, Kecamatan Harjamukti, Kota Cirebon, senantiasa menebar bau busuk yang mencokok hidung. Ini dikarenakan rumah Chaidir hanya berjarak sekira 100 meter saja dari Tempat Pembuangan Sementara (TPS) sampah warga sekitar Perumnas, Kota Cirebon. Tentu saja, kumuh, kotor, bau, adalah tiga kombinasi yang menjadi pemandangan Chaidir setiap harinya. Selama bertahun-tahun Chaidir harus rela hidup berdampingan dengan gundukan sampah yang menebar aroma tak sedap hingga radius 500 meter.
Chaidir pun memutar otak. Ia tak ingin selamanya hidup dalam kutukan kubangan sampah. Tetapi ia juga tak mau hanya merutuki kegelapan itu tanpa mau melakukan perubahan nyata secuilpun. Berangkat dari keresahan itu, bersama istrinya Dedeh Kurnia Illahi (48) dan sesepuh kampung Agus Salim (65), Chaidir mengajak masyarakat Merbabu Asih untuk bersama mengatasi problematika lingkungan yang selama ini melilit mereka. Pelan tapi pasti, gayungpun bersambut. Masyarakat Merbabu menyambut baik ide Chaidir dan Agus. 
Beberapa Sisi Kampung Merbabu Kini (Doc. Pribadi)
Tak hanya masyarakat, Fasilitator Kelurahan (Faskel) Kampung Siaga Kelurahan Larangan, Iwan Ridwan, juga mengamini ide tersebut. Dengan restu Lurah Larangan saat itu, Sutisna, dan Faskel Kampung Siaga, warga Merbabu untuk awal kalinya dipertemukan dengan Pihak Dinas Kesehatan Kota Cirebon. Dari pertemuan awal inilah, warga RW 08 Merbabu Asih, Faskel Kampung Siaga, Lurah, dan Pejabat Dinas Kesehatan Kota Cirebon bersepakat membuat embrio komunitas warga peduli lingkungan.
Tepat pada Mei tahun 2010 warga Merbabu melahirkan janin perkumpulan peduli lingkungan. Janin itu diberi nama Semoga Cepat Rapih Pekarangan Asri Gemerlap Indah atau lazim disingkat Secerah Pagi. Nama ini tentu bukan sekedar nama layaknya sabda William Shakespeare: apalah arti sebuah nama. Melainkan lebih dari itu: sebuah upaya, doa, dan cita-cita. Warga yang tergabung dalam Secerah Pagi bersepakat untuk menciptakan sebuah tempat tinggal yang disamping sehat dan sejuk, juga indah.
 

Beberapa Program Secerah Pagi (Doc. Secerah Pagi)

Tetapi tekad semata tentu tidak cukup. Cita-cita besar senantiasa menuntut pengorbanan yang juga besar. Oleh sebab itu Secerah Pagi rela melakukan studi banding ke kampung Sukunan dan Gondolayu di Jogjakarta demi mendapat “master plan” yang kelak akan diterapkan di kampungnya. Sepulang dari Jogjakarta, Secerah Pagi memperoleh banyak inspirasi dan pelajaran berharga. Di antarnya adalah inspirasi menjadikan sampah sebagai ladang mendulang kreativitas, bukan melulu sebagai bom waktu lingkungan. Dari Jogjakarta pula pada akhirnya Secerah Pagi membentuk empat gugus kelompok kerja. Masing-masing adalah: unit komposting, kerajinan limbah, rekayasa, dan pelatihan.
Untuk langkah awal mereka berniat membuat Bank Sampah yang representatif. Berdasar rencana, di tempat itu nantinya akan dipilah sampah organik maupun non-organik. Sampah organik akan dijadikan sebagai pupuk (kompos) yang ramah alam. Sedangkan yang non-organik akan kembali diolah menjadi karya-karya kreatif semacam tas plasik, kotak pensil, dompet, maupun mainan anak-anak. Langkah ini tentu jitu. Sebab di samping akan mempercantik lingkungan, juga sanggup memberdayakan kreativitas masyarakat.
 

Bank Sampah Secerah Pagi (Doc. Pribadi)

Bank Sampah ini belakangan diberi nama Bank Sampah Secerah Pagi (BSSP). Pada 2014 jumlah nasabah BSSP telah mencapai angka 106 nasabah. Limbah padat hasil rumah tangga yang dikumpulkan kemudian dipilah sesuai jenis sebelum dijadikan kerajinan limbah atau dijual kembali ke pengepul sampah. Sampah organik dijadikan kompos dan dibagikan kepada warga secara cuma-cuma untuk menanam aneka tetumbuhan. Disamping mendatangkan berkah secara ekonomi, kegiatan ini terbukti memaksimalkan pengurangan jumlah sampah rumah tangga. Hingga Juli 2016 saja, sebanyak 12,60 m3sampah telah terjual ke pengepul. 
 

Prasasti Taman Astra di Kampung Merbabu (Doc. Pribadi)

Agar gerakan ini lebih massif dan sistematis, Secerah Pagi menggandeng beberapa korporasi yang memiliki visi sama dalam hal kepedulian lingkungan. Yang pertama kali terbersit dalam pikiran anggota komunitas tak lain adalah Asuransi Astra Buana (AAB) Garda Oto di Jalan R.A. Kartini, Kejaksan, Kota Cirebon. AAB merupakan salah satu anak perusahaan Astra Internasional di bidang jasa pelayanan finansial. Pilihan ini tentu bukan tanpa alasan. Sebab dalam benak mereka, sudah setengah abad lebih Astra mendarmabaktikan dirinya dalam program pelestarian lingkungan. Bahkan lingkungan menjadi salah satu visi yang digenggam erat Astra sejak awal.
Chaidir Mengambil Limbah Asuransi Astra (Doc. Secerah Pagi)
Benar saja, AAB langsung mengamini ajakan kerjasama tersebut. Terhitung sejak Juli 2014 hingga kini, secara rutin AAB senantiasa mengirimkan limbah plastik dan kertasnya ke warga Merbabu Asih untuk diolah menjadi kompos maupun produk-produk kreatif. Tak hanya itu, satu bulan setelahnya (Agustus 2014), AAB juga memberikan ratusan pohon untuk penghijauan warga Merbabu. “Dengan bantuan suplai limbah secara rutin dan ratusan bibit pohon ini, kami seperti telah memiliki ikatan emosional dengan Astra”, ucap Chaidir lirih lantaran haru(09/12). 
Asuransi Astra Memberikan Ratusan Bibit Pohon (Doc. Secerah Pagi)
Chaidir juga menambahkan, Astra seperti tak pernah lelah untuk terus berbagi inspirasi dan motivasi pada warga Merbabu Asih demi meningkatkan sumber daya manusia dan lingkungan yang berkualitas. Ini terbukti, sejak AAB menggeliatkan kerjasama dengan Secerah Pagi, progres penghijauan di kampung Merbabu mengalami peningkatan yang amat signifikan. Dari asupan motivasi yang ditiup AAB, Secerah Pagi tak hanya menggeliatkan program Bank Sampah, tetapi juga meluas ke program pembuatan komposting, aneka macam kerajinan limbah, dan memperbanyak area lahan resapan. “Saya bersaksi, Astra adalah perusahaan yang sangat peduli pada lingkungan”, tutur Chaidir.
Khusus untuk memperluas lahan resapan, Secerah Pagi mengejawantahkan program 1) pembuatan sumur resapan biopori di tiap halaman rumah dan sekolah. 2) Tidak menghabiskan semua lahan untuk ditanami bangunan, melainkan menyisakan lahan terbuka untuk resapan air. 3) Memilih paving block untuk jalan dan halaman, bukan semen atau aspal dengan tujuan agar air hujan sanggup meresap dengan cepat. Terakhir, 4) tidak sembarangan mengambil air dalam tanah (artesis) karena dalam jangka panjang akan menyebabkan intrusi air laut.
 

Jamal dan Chaidir Memperlihatkan Tong Sampah Daur Ulang (Doc. Pribadi)

Untuk program komposting dan biopori, Jamal (61) adalah panglimanya. Pensiunan Pegawai Negeri Sipil (PNS) asli Palembang ini begitu berapi-api jika sudah membahas ihwal produksi kompos. Di depan rumahnya berjejer deretan aneka macam kompos dari ukuran kecil (5 Kg) hingga ukuran besar (25 Kg). “Dari Pemerintah Kota sampai mahasiswa kerap membeli produk kompos kami seharga lima puluh ribu per tabung ukuran 25 Kg”, ucap Jamal dengan bangga.  Bahkan demi mengkampanyekan program kompos lebih nyaring, Jamal meletakkan tong sampah “daur ulang” di setiap lekukan jalan kampung Merbabu.
Di bidang kerajinan limbah, Agam Eko Wibowo (37) adalah maestronya. Karena bakat artistik yang dimiliki, Agam dipercaya oleh Secerah Pagi untuk menangani “Bengkel Seni” tempat memproduksi olahan limbah menjadi pelbagai produk kreatif yang menawan. Pria yang memiliki prinsip “tak ada satupun hal yang sia-sia di muka bumi ini” itu memang mencengangkan. Kita akan dibuat terpana oleh aneka kreativitas yang lahir dari tangan dinginnya. Dari mulai tas yang terbuat dari limbah bungkus plastik, jam yang berasal dari limbah kepingan CD, hingga pot bunga cantik yang tercipta dari sepatu bot bekas. Bahkan lantaran keuletan dan kepiawaiannya, kini anak-anak sekolah di sekujur kota Cirebon acap kali datang ke Bengkel Seni Secerah Pagi hanya demi menimba ide kreativitas pada Agam.
 

Pelbagai Kerajinan Olahan Limbah di Bengkel Seni (Doc. Pribadi)

Produk kreasi Agam beserta kawan-kawan Secerah Pagi lazimnya dipasok ke sekolah-sekolah, dinas-dinas pemerintahan (utamanya Dinas Pemuda, Olahraga, Budaya dan Pariwisata kota Cirebon), dan tamu yang berkunjung ke kampung Merbabu. Tak jarang, produk kreasi Secerah Pagi juga diikutkan dalam pameran-pameran produk ekonomi kreatif bergengsi di Kota Cirebon. Harganya begitu variatif. Dari lima ribu hingga ratusan ribu rupiah. Tak puas dengan pencapaian ini, ke depannya, Secerah Pagi bahkan tengah mempersiapkan koperasi yang representatif sebagai etalase karya-karya kreatif warga yang berasal (nyaris seluruhnya) dari olahan sampah. Untuk langkah ini, Secerah Pagi sudah menyiapkan diri untuk mengkonsultasikannya ke pihak AAB.
“Pada dasarnya Astra senantiasa terbuka untuk bersinergi dengan pihak manapun. Untuk lingkungan, kami menyasar kampung Merbabu. Tapi kontribusi sosial yang lain juga kami laksanakan. Misalnya kami membuat Posyandu di Desa Dawuan, Kecamatan Tengah Tani, Kabupaten Cirebon. Bahkan, ketika isu investasi bodong merebak di kota ini, beberapa bulan yang lalu kami bekerjasama dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menggagas acara literasi keuangan di RW 15 kampung Permata, Kecamatan Harjamukti, Kota Cirebon. Tujuannya agar masyarakat melek dunia ekonomi. Khusus untuk Merbabu kami tak menutup kemungkinan akan menjalin kerjasama yang lebih luas lagi ke depannya. Karena CSR kami juga memiliki Income Generating Activities (IGA) yang fokus di pemberdayaan UMKM”, ujar Branch Manager Asuransi Astra Cirebon, Iyus Suryaman (30), kepada penulis (15/12).
Kampung Iklim
 

Salah Satu Sudut Kampung Merbabu (Doc. Pribadi)

Jika Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) mencanangkan Program Kampung Iklim (ProKlim) pada tahun 2012, warga Merbabu melalui Secerah Pagi justru telah memulainya sejak tahun 2010. Dari tahun 2010 hingga kini mereka telah melakukan kegiatan komposting, kerajinan daur ulang, kegiatan Bank Sampah, biopori  dan penghijauan terpadu. Dan upaya Secerah Pagi selama bertahun-tahun itu berbuah manis. Kini Merbabu bermetamorfosa menjadi kampung hijau nan semerbak menyejukkan. Sejauh mata memandang hanya penghijauan yang terlihat terang membentang.
 

Sirup Produksi Secerah Pagi (Doc. Pribadi)

Tak hanya penghijauan, daur ulang sampah organik yang menjadi kompos bermutu juga menumbuhkan tanaman-tanaman bernilai ekonomis tinggi. Di antaranya adalah budi daya tanaman Bunga Rosella. Warga mengolah ekstrak Bunga Rosella menjadi sirup yang di samping nikmat juga menyehatkan. “Sirup yang kami olah dari ekstrak bunga Rosella ini berkhasiat sebagai sumber anti oksidan, pencegahan kanker, meningkatkan sistem kekebalan tubuh, menurunkan tekanan darah, dan diet alami”, tutur Chaidir bersemangat.
Tidak berhenti di situ, para aktivis Secerah Pagi juga tak segan untuk menjadi suluh inspirasi bagi daerah lain yang hendak mengikuti jejak kampung Merbabu. Sudah tak terhitung jumlah kunjungan ke Merbabu, baik untuk menimba ilmu atau sekadar mengapresiasi. Dari komunitas pecinta lingkungan, kalangan akademisi, instansi pemerintah hingga swasta. Dari aparatur pemerintah tercatat misalnya kunjungan dari Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Provinsi Jawa Tengah, BPLHD Cilegon, BPLHD Bogor, BPLHD Provinsi Bangka Belitung, dan rombongan dari Asosiasi Pemerintahan Kota Seluruh Indonesia (APEKSI).
Dari kalangan akademisi dan komunitas terdapat rombongan mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, mahasiswa Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) Bandung, mahasiswa Universitas Indonesia (UI) Jakarta, mahasiswa Universitas Negeri Semarang (UNES), mahasiswa Universitas Jenderal Soedirman (UNSOED) Purwokerto, mahasiswa Universitas Muhammadiyah Cirebon (UMC), mahasiswa Universitas Swadaya Gunung Jati (Unswagati) Cirebon, Yayasan Kuntum Cemerlang Bandung, House Charity Foundation se-wilayah III Cirebon, Karang Taruna Kabupaten Kuningan, dan banyak lagi.  
 

Melatih Pemulung (Doc. Secerah Pagi)

Tetapi yang paling mengesankan bagi anggota Secerah Pagi hingga kini adalah dua hal. Pertama momentum datangnya empat puluh pemulung dari sebuah TPS yang singgah ke Merbabu demi mempelajari proses daur ulang sampah hingga pelbagai trik mengolahnya menjadi kerajinan. Ini terjadi pada tahun 2013. Kedua, ketika Secerah Pagi diberi kesempatan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan sebagai salah satu pemateri pada kegiatan Climate Week 2015 dengan tema Building Climate Change at Regional, National and Local Level. 
Menjadi Pembicara Climate Week 2015 (Doc. Secerah Pagi)
Even prestisius yang menggandeng United Nations Development Programme (UNDP) dan Indonesia Climate Alliance (ICA) ini diselenggarakan di Jakarta pada Oktober 2015 lalu.  Paper mereka yang bertajuk Inisiatif Komunitas untuk Ketahanan Wilayah Perkotaan: Pembelajaran dari Program Desa Berketahanan Iklim RW 08 Merbabu Asih Kota Cirebon sanggup membuat pembicara lain dan peserta yang hadir berdecak kagum.

Kian sohornya Secerah Pagi juga membuat komunitas ini kenyang mengunyah penghargaan. Misalnya, nominasi Lomba PKK aspek Lingkungan Bersih dan Sehat Tingkat Provinsi Jawa Barat (2010), Juara 1 Lomba Penilaian Sinergitas dalam Pencapaian Target Indeks Pembangunan Manusia Tingkat Jawa Barat (2010), penghargaan dari Walikota Cirebon di bidang Tatanan Permukiman Sarana dan Prasarana Sehat (2013), penghargaan sebagai pendukung Kota Sehat Pemerintah Kota Cirebon (2013), penghargaan sebagai Inspirasi Pemuda dalam Upaya Penyelamatan Lingkungan dari Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) daerah (2014), Adiupaya Puritama tingkat Nasional (2014), dan penghargaan Program Kampung Iklim (ProKlim) dari Kementerian Lingkungan Hidup (2014).
Chaidir, Agam dan Jamal (Doc. Pribadi)
Asuransi Astra Buana Cirebon juga tak lupa memberikan apresiasi dan penghargaan terhadap Merbabu sebagai Kampung Ramah Lingkungan Asuransi Astra (KARINA) pada Mei 2016 lalu. “Penghargaan KARINA ini baru pertama kali untuk Kota Cirebon. Tujuan Astra memberikan penghargaan tersebut adalah agar daerah-daerah lain di Kota Cirebon juga mengikuti jejak langkah yang sama dengan kampung Merbabu”, ucap Iyus yang sekaligus menjabat sebagai Ketua Grup Astra wilayah Cirebon. 
Penghargaan KARINA Asuransi Astra (Doc. Pribadi)
Sungguh sebuah capaian yang mencengangkan. Kesungguhan mereka dalam merawat lingkungan menjadikan Secerah Pagi kerap didaulat sebagai duta lingkungan yang siap berbagi dengan siapapun. “Dulu kami menganggap sampah sebagai musibah. Kini kami mengapresiasi sampah sebagai anugerah”, ucap Chaidir mengenang masa-masa sulit perjuangan menegakkan lingkungan yang sehat bersama teman-temannya.
Kampung Bhinneka
 

Pura Agung Jati Pramana (Doc. Pribadi)

Tak hanya berpredikat sebagai kampung iklim, Merbabu juga tidak berlebihan jika disebut sebagai kampung bhinneka. Pasalnya, kampung Merbabu ini dihuni oleh manusia yang berasal dari pelbagai etnis dan agama yang berbeda-beda. Islam, Kristen, Hindhu, Budha semua membaur menciptakan harmoni bianglala ke-Indonesiaan yang paripurna.
Keunikan Vihara Bodhi (Doc. Pribadi)
Di RW 08 saja sekurangnya terdapat empat tempat ibadah dari agama yang berbeda. Di jalan Bali kampung Merbabu terdapat Pura Agung Jati Pramana. Tepat di depan Pura berdiri Panti Wreda Kasih milik Gereja Kristen Indonesia (GKI) yang berbasis di Pengampon, Kota Cirebon. Persis di belakang panti terdapat Vihara super luas bernama Bodhi Sejati. Vihara ini cukup unik lantaran begitu akulturatif terhadap kebudayaan lokal maupun unsur-unsur agama lain. Terbukti, di samping terdapat patung Bunda Maria juga ada foto Wali Sanga yang menyebarkan agama Islam di tatar Jawa. Terakhir, tepat di belakang Pura Jati Pramana juga terdapat sebuah Masjid Hijau milik warga muslim kampung Merbabu.
Kendati tak pernah menelaah materi pluralisme maupun multikulturalisme secara mendalam, toleransi seperti sudah menjadi urat nadi warga Merbabu. Mereka saling bahu-membahu menciptakan lingkungan sosial yang damai, toleran, harmonis, sejuk, dan berkelanjutan demi anak cucu. Ketika Pura tengah mengadakan acara kebudayaan misalnya, warga Muslim, Kristiani, maupun Budhis secara aklamatif membantu mensukseskan pagelaran tersebut. Baik dengan cara menata area parkir maupun menjadi panitia humas.
dr. Basuki (Kiri) Pengurus Panti Wreda (Doc. Pribadi)
Begitu juga ketika warga Kristiani sedang merayakan Natal. Warga dari kalangan Muslim, Budhis, dan Hindu tak segan-segan menjadi “petugas keamanan” dadakan demi kelancaran perayaan Hari Natal. Hal ini diamini oleh dr. Basuki (55), pengurus inti Panti Wreda Kasih. “Iklim persaudaraan yang humanis dan toleran sudah menjadi fitrah warga Merbabu sejak saya bertugas di sini”, ujarnya dengan ramah.
Chandra Suherman (59) juga mengiyakan. Warga asli Kecamatan Tanjung Brebes yang sudah 11 tahun menjadi pengurus Vihara Bodhi Sejati ini mengungkapkan hal yang senada. “Tiap malam Jumat Legi, Vihara selalu kedatangan rombongan tamu dari pelbagai daerah yang hendak bersemadi di Vihara Bodhi. Dan yang menjadi pasukan parkir maupun keamanannya adalah warga Muslim, Kristiani dan Hindu di sini”, terang Chandra.
 

Jalan Utama Menuju Kampung Merbabu (Doc. Pribadi)

Bahkan ketika akses jalan menuju Vihara masih berupa jejalan batu dan kerikil, warga Muslim di Merbabu mengupayakan pada Pemerintah Kota (Pemkot) Cirebon agar segera mengaspal akses jalan menuju Vihara. Pada tahun 2012, Pemkot mengamini pengajuan warga Muslim Merbabu. Kini akses jalan menuju Vihara pun mulus dan asri. “Jika sedang Idul Adha, semua warga lintas agama di sini kita bagi daging qurban tanpa terkecuali”, ujar Chaidir meyakinkan. Bahkan dalam waktu dekat, warga Hindu akan mendatangkan ukiran batu langsung dari Bali untuk dijadikan gapura utama kampung Merbabu.
 

Fakta Angka CSR Astra (Doc. astra.co.id)

AAB pun tak rela ketinggalan momentum untuk berbagi. Demi mempercantik suasana lingkungan, pada bulan Juni tahun ini AAB resmi membuat taman mini nan cantik tepat di akses jalan utama menuju keempat tempat ibadah tersebut. Pembuatan taman ini merupakan salah satu manifestasi program Corporate Social Responsibility (CSR) AAB. Tujuannya sangat mulia: agar warga sekitar bisa memanfaatkan area di sekitar taman untuk pelbagai kegiatan sosial yang positif. Lebih penting dari itu pihak AAB juga berharap taman tersebut mampu menjadi “piagam persatuan” seluruh masyarakat Merbabu yang terdiri dari lintas etnis dan agama. Karena AAB yakin, kampung Merbabu kelak akan menjadi destinasi wisata budaya dan agama yang akan menarik animo pengunjung lebih banyak lagi. 

“Keberadaan taman yang representatif juga bisa dimanfaatkan oleh warga sekitar untuk kegiatan perdagangan atau lainnya pada momentum tertentu sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan daya beli masyarakat. Minimal, kami bisa memberikan inspirasi bagi kalangan dunia usaha agar melakukan hal yang sama atau bahkan lebih”, ujar Iyus Suryaman. Asisten Daerah (Asda) Perekonomian dan Pembangunan Pemerintah Kota Cirebon, Jaja Sulaeman, yang hadir dalam peresmian taman juga berharap apa yang telah digagas Asuransi Astra Buana Cirebon sanggup menjadi contoh bagi perusahaan-perusahaan lain.
Keyakinan AAB memang tak hanya isapan jempol semata. Sejak mendapat pelbagai macam penghargaan, Merbabu kini menjadi laboratorium lingkungan dan kebhinnekaan yang mampu menarik kunjungan banyak orang. Tak hanya dari dalam negeri, bahkan dari luar negeri berbondong menapak-tilasi kampung Merbabu. Di antaranya dari Inggris, Amerika, Kanada, dan Australia. Bahkan beberapa kali kampung Merbabu dijadikan laboratorium riset mahasiswa pascasarjana dari pelbagai universitas. Tak hanya itu, kini banyak sekali sekolah yang menjadikan kampung Merbabu sebagai kiblat percontohan destinasi iklim. Di antaranya SMA 3, SMP 6, dan SMP 8 Kota Cirebon.
Beberapa Sisi Taman Asuransi Astra (Doc. Pribadi)
Tak diragukan lagi, kampung Merbabu merupakan miniatur Indonesia yang telah lama kita impikan bersama: menghargai kebhinnekaan dan mencintai lingkungan. Di tengah maraknya aksi radikalisme (berkedok) agama yang menodai bangsa bhinneka ini, keberadaan kampung Merbabu laksana oase harapan di tengah sahara kekecewaan dan putus asa. Di tengah anomali iklim yang mengancam keberlangsungan lingkungan hidup kita, kampung Merbabu adalah secercah asa merekah yang musti kita teladani bersama. 
 

Kunjungan Turis Luar Negeri (Doc. Secerah Pagi)

Seperti diujarkan Miss Shimeem, salah satu pengunjung berkebangsaan Inggris yang singgah ke kampung Merbabu pada 2012 silam. Saat melakukan sesi dialog dengan Miss Shimeem, komunitas Secerah Pagi mengeluarkan seberkas asa. “Kami ingin kampung Merbabu senantiasa menjadi kampung yang indah, asri, damai, dan toleran selamanya. Sehingga sanggup menghadirkan energi positif bagi orang-orang yang datang ke sini”. Sembari menitikkan air mata, Miss Shimeem langsung menimpali harapan tersebut: “ I’ll pray, one day will come true”.
Begitulah setitik riwayat Merbabu sebagai kampung iklim dan bhinneka. Di penghujung pembicaraan yang hangat dan penuh kebersamaan pada Jumat siang itu (09/12), Chaidir, Jamal, dan Agam secara serempak berujar: “Tak hanya memberikan suplai limbah, ratusan bibit pohon, dan pembuatan taman yang indah untuk kampung Merbabu Asih, Astra bagi kami sudah seperti keluarga yang tak pernah lelah untuk senantiasa memotivasi dan mengapresiasi. Terimakasih Astra. Teruslah mewarnai Indonesia”. 
Iyus Suryaman dan Mekaelo Marto Aji dari Asuransi Astra (Doc. Pribadi)
Dari pihak Astra, Iyus Suryaman, juga menyampaikan segurat doa: “Di ulang tahun yang ke-60 ini semoga Astrasenantiasa menjadi lokomotif terdepan dalam menebar manfaat bagi seluruh komponen bangsa dan negara. Karena Catur Dharma selalu mengingatkan kita semua agar terus aktif dalam memberikan kontribusi sosial yang nyata demi kemajuan bersama di hari depan (15/12).”