Nostalgia 10

 Percaya atau tidak, kompetisi inilah yang membuatku untuk awal-kalinya masuk ke layar kaca –meski hanya skala lokal. Hehehe.  Lakon yang kumainkan juga tak main-main: Syech Syarif Hidyatullah (Sunan Gunung Jati) VS Muhammad Syarif (Bomber Masjid Mapolresta...

Nostalgia 9

Entah motivasi apa yang mendorongku untuk menjadi wartawan di sebuah koran daerah kala itu. Padahal, aku sadar diri: kemampuan menulisku masih sangat jauh panggang dari api. Tapi, bisalah dikatakan jika itu termasuk The Power of Love. Lantaran, kekasihku-lah (yang...

Nostalgia 8

Inilah satu-satunya buku yang paling kubenci, hingga kucincang-cincang dalam (kompetisi) resensi, tapi ternyata membuatku bisa bertatap muka dengan sang Bupati. Awalnya dialog hangat, canda-tawa, saling lempar kritik, tapi ujung-ujungnya duit (UUD).Yah, begitulah....

Nostalgia 7

Setelah dua kemenangan berturut-turut itu, hampir satu tahun aku terjebak vakum menulis. Block-writing yang begitu akut. Zona nyaman telah melilit daya kreatifitasku. Mungkin inilah di antara alasan kenapa banyak penulis yang tumbang di tengah karir kepenulisannya:...

Nostalgia 3

Waktu itu saya tengah menggebu-gebunya menjadi aktivis gender. R.A. Kartini, tentu saja, saya jadikan icon dan inspirasi feminisme Nusantara. Meski sebenarnya, saya lebih tertarik dengan Catatan Harian Kartini yang monumental itu: Habis Gelap Terbitlah Terang. Atau...

Nostalgia 2

Agak serius, agak NU, lahirlah artikel ini: Artikel bertitimangsa 27 Maret 2007 ini menguliti tentang capres-cawapres yang rela kuliah lagi demi menanjak ke singgasana kepresidenan –meski gagal.Segagal aku yang tak mendapatkan honor dari dimuatnya artikel ini....